Kata tanpa makna

iklan banner

Selasa, 13 November 2018

Ketika Hujan Mengingatkan

Ketika malam berjalan ditemani sunyi serta ingatan kelam. Derap langkah terambing oleh pengharapan tanpa kejelasan. Sejenak menarik nafas mengingat masa masa yang pernah terlewat. Aku terlalu merenungi apa yang telah usang, yang padahal tak ada gunanya untuk di kenang. Aku juga tidak paham dengan ini, bagaimana denganmu? Mampukah membantuku untuk menjelaskan apa yang aku rasakan. Sudah kucoba berkali-kali sembari menghisap nikotin, kucoba merepresentasikan rasa ini, sayangnya hanya abu dan asap yang aku temui walaupun sedikit menenangkan.

Duduk merenung dengan entah apa yang aku renungkan. Kulihat kembali pesan-pesan yang sudah aku favoritkan. Kutemui lagi rasa itu, pesan-pesan singkat yang menjelaskan betama kamu takut kehilangan, betapa kamu takut tak bersamamu lagi. Pesan-pesan itu rasanya berbisik lalu pergi lagi. Kubuka lagi pesan-pesan itu dengan penuh harap melegakan semuanya. Tapi sayang, kenangan manis yang kenyataan kelamlah yang aku jumpai. lalu ku duduk melamun mengingat lagi malam itu. "Selamat Malam Sayang" tiga kata itu mampu menerbangkan diriku untuk bersapa pada bintang. Tapi sayang, bintang melepaskanku meluncur deras untuk jatuh. Dengan percayanya diri, tubuh ini akan di tangkap awan. Lalu tersadar bahwa ternyata awan tak lagi putih tapi telah menggumpal menjadi mendung, dimana mendung dengan besar hati menangkapku yang jatuh, mendung yang menuntunku bergi pulang bersama hujan. Pergi pulang ke bumi dengan satu kenyataan yang aku bungkus dengan jutaan pengharapan. Tersadar dalam lamunan aku telah basah, aku kira basah ini dari hujan yang mengantarkanku. Ternyata basah ini dari airmata yang mengingatkanku bahwa bintang telah asyik menemani rembulan di balik mendung yang kelam.

Tersadarku dari lamunan. Rintik hujan menyadarkanku untuk mengingatkan. "Cukup saja segalanya yang telah terlewatkan, biar saja ku bawa hanyut lalu ku tenggelamkan". Kuturuti apa yang hujan minta. Kusapu air mata itu lalu ku bersihkan dengan hujan. Dingin sekali hujan menyapaku malam itu. Tapi lagi-lagi di ingatkan oleh hujan. Dinginnya diriku (kata hujan) masih lebih dingin sikap mereka yang telah bahagia dan melupakanmu. Ku terima saja kalimat itu, lalu aku beranjak dari harapan untuk melangkah pada kenyataan.

0 comments:

Posting Komentar